SELAMAT DATANG...

Blog ini saya gunakan sebagai Media Komunikasi dan Informasi dan sekaligus menjadi wadah untuk menuangkan inspirasi-inspirasi yang ada.
Sebagai perkenalan pertama, yang perlu diketahui saya seorang Peneliti Komunikasi Politik pada

Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan Informatika Badan Litbang SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika R.I.
Jl. Medan Merdeka Barat No. 9 Jakarta Pusat 10110 Lt. 4 Gedung Belakang





Rabu, 29 Juli 2009

MENYIKAPI KOMUNIKASI POLITIK TIM SUKSES SBY-BOEDIONO

Ada sebuah ungkapan yang cocok untuk menyikapi statement Andy Malarangeng yaitu : “Gara-gara Nilai Setitik Bisa Rusak Susu Sebelanga”. Walau pun tulisan ini terlambat di publikasikan, tapi minimal pembaca/publik dapat mengerti peta perubahan kondisi perpolitikan secara nasional.

Memang pak Andy Malarangeng tidak secara jelas menyatakan putra sulsel tidak bisa/belum pantas jadi Capres, tapi tersirat belum waktunya Jadi capres pada tahun 2009. Hal ini mengundang reaksi keras dan Pro-Kontra, artinya pada masyarakat sulsel muncul reaksi keras namun diluar masyarakat sulsel muncul Pro-Kontra. Pro-Kontra bukanlah hal yang tabu dalam politik, tapi dampak Statement tersebut karena telah terlanjur dipublikasikan media-massa serta pak Andy Malarangeng sendiri yang notabene putra asli sulsel tersebut dapat menjurus ke SARA. Rakyat kelihatannya belum dapat menerima makna secara eksplisit atau implisit.

Menarik sekali dikaji sebab dalam berbagai kesempatan di media cetak dan elektronik selalu memberitakannya, bahkan Andy berkali-kali membantah bahwa ungkapannya menjurus ke SARA. Beliau mengatakan bukan tidak bisa tapi belum waktunya Putra Sulsel jadi Presiden.

Terlepas dari benar tidaknya pernyataan baliau, tetapi yang menjadi persoalan sekarang dampaknya begitu luas, Tidak hanya terjadi Pro-Kontra di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan, di makasar saja pun ada demo yang lebih kurang di ikuti 1000 orang pada tanggal 2-7-2009. Masyarakat yang berada di luar sulsel dan P. Jawa menjadi tidak simpatik terhadap eksistensi tim Sukses SBY-BOEDIONO. Belum lagi opini dari tim Sukses pasangan MEGA-PRO dan pasangan JK-WIN yang selalu menyudutkan tim sukses SBY-BOEDIONO dalam segala hal.

Cuma terkadang pak SBY selalu mengatakan marilah kita berpolitik secara santun, elegant dan tidak emosional. Kalau begini caranya apakah boleh dikatakan santun,elegant dan beretika. Jika ditelusuri secara kronologis ke belakang sekilas tentu ada hubungan kausalitasnya, tidak akan mungkin pak Andy berbicara seperti itu kalau tidak ada sebabnya? Namun demikian apa pun kejadiannya yang pasti kepentingan negara dan bangsa mesti diatas segala-galanya.

Pak SBY mengatakan demikian belum tentu orang terdekatnya mampu menjabarkan maksud dan tujuannya, atau punya strategi lain dari bagian kampanye komunikasi politiknya, atau memang pak SBY sendiri mau memberikan pendidikan politik bagi bangsa Indonesia yang sudah carut marut.

Untunglah dalam perjalanan waktu pihak SBY-BOEDIONO secepatnya melakukan klarifikasi, dan para jurnalis tidak menjadi Provokator sehingga suasana dapat kondusif kembali menjelang Pilpres 8 Juli 2009 yang baru lalu.

Baca selengkapnya...

Minggu, 26 Juli 2009

PERLUKAH PEMBERIAN AWARD PADA PENELITI BERPRESTASI ???

Oleh : Ramon Kaban
Dunia penelitian adalah sebuah dunia yang penuh dengan tantangan atau Kompetisi, dimana kehadirannya dituntut dapat membawa perubahan atau setidak-tidaknya dapat memberikan wacana atau melalui hasil analisisnya mempunyai kontribusi langsung atau tidak langsung pada publik serta lembaganya yang lebih luas lagi pada bangsa dan negara. Mantan Menkominfo (Sofyan Djalil) pernah mengatakan, “tidak satu kebijakan pun yang dikeluarkan tanpa melalui sebuah kajian penelitian”. Kepala Badan Litbang SDM juga dalam setiap kesempatan menyebutkan juga bahwa : “Tidak ada kebijakan bapak menteri tanpa penelitian Badan Litbang dimanfaatkan untuk menyusun kebijakan bapak menteri”. Oleh sebab itu Peneliti sebagai ujung tombak mesti menyikapi dengan meningkatkan kualitasnya masing-masing.
Kontribusi tersebut dapat berupa :

SECARA LANGSUNG, apabila sang peneliti melalui tulisannya bisa memberikan proses pencerahan atau the enlightment bagi orang yang membaca atau lebih luas lagi bagi publik. Yang terjadi selama ini justru yang dikatakan peneliti senior masih bermanfaat sebatas bagi dirinya sendiri dengan menghalalkan segala cara, tidak mau mendidik yang yunior demi kaderisasi/regenerasi untuk kepentingan lembaga. Malahan yang acapkali terjadi, marilah berlomba-lomba untuk mementingkan diri sendiri /super egois (sifat individualisme).
SECARA TIDAK LANGSUNG, apabila melalui tulisannya sang peneliti dipakai sebagai rujukan/referensi bagi individu, lembaga pemerintah, Judikatif, Legislatif dan User. Dalam jangka panjang atau jangka pendek melalui pisau analisisnya bisa dipakai oleh perorangan atau lembaga sebagai pedoman dalam mengambil sebuah kebijakan atau keputusan.

Dengan demikian perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

1)Core : Sikap dasar peneliti menyangkut beberapa aspek yaitu :
a)Kemauan membaca yang berkaitan langsung dengan berapa banyak literature yang dibaca serta berapa jam dalam 1 (satu) hari waktu membacanya?
b)Frekuensi penulisan yakni tingkat keseringan menulis di sejumlah media massa termasuk didalamnya mengikuti seminar, diskusi panel, lokakarya, dialog yang sesuai dengan disiplin ilmunya masing-masing atau kepakarannya.
c)Penguasaan Teknologi Komunikasi dan Informatika (IT).

2)Faktor internal, yang berkaitan langsung dengan kemampuan seorang peneliti (capability) nya melingkupi ketajaman analisis, daya nalar dan kreatifitas. Faktor yang tidak langsung adalah faktor bakat atau talenta ketika yang bersangkutan ingin menjadi seorang peneliti.
Kemudian faktor motivasi untuk menjadi peneliti itu apa, yakni dengan menajamkan visi dan misinya ; karena rasa kepuasan profesi seseorang, akan dapat bermanfaat bagi masyarakat (satisfaction for public).

3)Faktor eksternal, bersentuhan langsung dengan budgetting yang mana diberikan porsi yang lebih besar pada anggaran untuk sebuah peneliti mandiri. Faktor eksternal lainnya. Namun disisi lain terdapat banyak peneliti yang terkena BS (Berhenti Sementara) atau TGR (Tuntutan Ganti Rugi), bahkan ada yang sampai harus mengembalikan tunjangan jabatan fungsionalnya. Fakta ini terjadi hampir menyeluruh di lingkungan BP2KI se Indonesia maupun Peneliti pada Badan Litbang SDM, Departemen Komunikasi dan Informatika RI. Hal ini dikarenakan peneliti tersebut tidak mampu untuk melakukan tugas utamanya dalam jangka waktu yang telah ditentukan, karena ketidak mampuannya untuk me-manage diri sendiri dengan menghasilkan karya-karya tulisan maupun hasil penelitian dalam rentang waktu untuk proses pengusulan jenjang jabatan fungsional berikutnya. Amat berbeda dengan Struktural, secara extrim jika Struktural nasibnya ditentukan oleh orang lain, jika fungsional Peneliti ditentukan oleh dirinya sendiri.

Secara De-jure boleh saja dia berhasil sebagai fungsional peneliti PAK (Penetapan Angka Kredit) nya dari LIPI tinggi, tetapi apakah secara De-facto yang bersangkutan sudah menunjukkan kemampuannya sebagai seorang Peneliti yang handal sesuai dengan disiplin ilmunya atau kepakarannya masing-masing.
Seorang Peneliti dalam menulis Karya Ilmiah ada 4 (empat) motivasi yang dominan antara lain :
a)Motivasi Angka Kredit : terkait kepangkatan dan tunjangan jabatan.
b)Motivasi Ilmu (kualitas) : terkait penghargaan orang lain/lembaga.
c)Motivasi Harga Diri (popularitas) : terkait status dan corps.
d)Motivasi Bisnis (uang) : terkait dengan finansial dan kebutuhan.

Boleh dikatakan bahwa pekerjaan seorang Peneliti dikatakan berat ya, memang terasa berat, tetapi jika dikatakan ringan ya, memang ringan tergantung dari kacamata mana kita memandangnya. Yang berat bisa menjadi ringan, dan yang ringan bisa menjadi lebih ringan bahkan serasa tidak ada beban, jika kita mampu memanage secara benar dan terarah serta terukur.
ANDA MASUK YANG MANA, ANDA SENDIRI YANG BERHAK MENENTUKANNYA BUKAN???
Bayangkan saja sekarang jika anda melakukan penelitian sudah pasti dapat tunjangan jabatan fungsional tiap bulan, dapat honor analisis data, dapat perjalanan dinas, dapat angka kredit, dapat nama (dikenal), itu kalau proyek dari lembaga. Atau istilahnya Pak Mulyono “PROYEKTOR” alias “Proyek Kantor”.
Tapi mengapa para Peneliti yang ada di badan litbang SDM dan UPT II yang ada di Indonesia, kurang bisa/mau membuat penelitian mandiri atau kelompok, kajian juga kan bisa, Proceeding dll. Ya kan?? Semua yang diatas kan masuk komponen utama Perolehan Angka Kredit Peneliti.
Pekerjaan seorang Peneliti adalah perpaduan antara Seni, Profesi dan Ilmu dimana kita tidak bisa melihatnya secara parsial, namun mesti secara simultan yang mana kepekaannya terhadap kondisi aktual yang sedang terjadi harus diasah terus, dan kemampuan intelektual yang merupakan pisau analisis dalam melakukan penelitian juga harus diasah terus. Anggaplah pekerjaan tersebut adalah sebuah amanah yang wajib dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab demi kemanfaatan umat manusia.
Berdasarkan kondisi tersebut diatas dan dalam rangka memacu semangat serta meningkatkan prestasi para Peneliti, maka perlu diberikan award terhadap Peneliti yang berprestasi, berdedikasi pada lembaganya agar memberikan dorongan kuat dan iklim berkompetisi secara sehat dan terbuka dimasa yang akan datang.
Menurut opini penulis ada 4 kategori peneliti yang ada :
I.Peneliti Selebriti.
II.Peneliti Status Quo.
III.Peneliti Sungguhan.
IV.Peneliti Ikutan.

Ada 2 (dua) Pantun Melayu yang ingin penulis kemukakan, mungkin ada manfaatnya bagi rekan peneliti di seantero Indonesia :

BATU CINCIN BATU MULIA
BATU DILETAK DIATAS MEJA
TAMBAH TAHUN TAMBAH USIA
HENDAKLAH TAMBAH KREATIFITAS KERJA

TUJUH X TUJUH = 49
SETUJU ATAU TIDAK SETUJU
YANG PENTING PENAMPILAN
LONG LIFE EDUCATION

Sekian dan Terima Kasih.
(Ide awal tulisan ini ketika bertugas di BP2I Surabaya-LIN. Ditulis di kantor pada hari Minggu, 10 oktober 2004, pukul 14.00 WIB. Penulis masih Peneliti murni).

Baca selengkapnya...

Bagaimana penilaian Anda terhadap tulisan-tulisan saya ini ?

Terjemahkan tulisan ini dalam Bahasa Inggris (In English)